Sejauh ini terdapat pendapat bahwa Catatan Akasha pernah diakses secara baik oleh individu-individu dari berbagai bangsa, khususnya oleh orang-orang kuno dari beragam budaya seperti India, Moor, Tibet, Himalaya, Mesir, Persia, Arab, Yunani, Cina, Ibrani, Maya dan lain-lain. Sejarah juga mencatat pengakuan orang-orang yang pernah membaca atau mengetahui Catatan Akasha.
Seorang waskita dari pegunungan Himalaya India mengatakan bahwa setiap jiwa ( jiva, atma ) atau entitas mencatat setiap saat keberadaannya di jagat raya dalam sebuah ‘buku’ dan bahwa jika terdapat satu keselarasan diri dengan baik, maka siapapun dapat mengakses ‘buku’ tersebut.
Peramal terkenal Nostradamus diketahui pernah mengatakan mendapatkan akses membuka Catatan Akasha. Dia mengaku menggunakan metode yang berasal dari Yunani, mistisisme Kristen, Islam dan Kabbalah.
Seorang waskita dari Cina bernama Sujujin dilaporkan mengetahui Catatan Akasha. Orang ini tergolong unik. Dikisahkan, dia dapat mengetahui sejarah hidup seseorang hanya dari nama depannya saja. Misalkan, Anda bertanya bagaimana kisah hidup keseharian leluhur Anda, maka Sujujin dapat menjelaskannya secara detail.
Hal itu disebabkan Sujujin dapat mengakses Catatan Akasha yang memuat sejarah leluhur Anda.
Seorang waskita lainnya dari Cina bernama Tajao bahkan dapat menjelaskan berbagai topik apa saja yang terentang sepanjang lebih dari 2000 tahun. Seolah-olah Tajao ini hidup selama masa ribuan tahun.
Individu-individu lain yang mengklaim memiliki pengetahuan seputar Catatan Akasha adalah: Charles Webster Leadbeater, Annie Besant, Alice Bailey, Samael Aun Weor, William Lilly, Manly P. Hall, Lilian Treemont, Dion Fortune, George Hunt Williamson, Rudolf Steiner, Max Heindel, Edgar Cayce, dan lain-lain.
Para ahli berpendapat, Catatan Akasha ini telah digunakan oleh manusia sepanjang sejarah, meskipun tidak ada bukti langsung ke catatan ini yang pernah disebutkan. Istilah Akasha itu sendiri mirip dengan konsep perpustakaan Atsiri yang berkembang pada gerakan Teosofi abad ke 19. Memang terdapat silang pendapat seputar adanya Catatan Akasha yang lengkap dan sempurna di jagat raya. Sebagian ada yang percaya catatan tersebut memang benar-benar ada dan dapat diakses.
Para ahli berpendapat, Catatan Akasha ini telah digunakan oleh manusia sepanjang sejarah, meskipun tidak ada bukti langsung ke catatan ini yang pernah disebutkan. Istilah Akasha itu sendiri mirip dengan konsep perpustakaan Atsiri yang berkembang pada gerakan Teosofi abad ke 19. Memang terdapat silang pendapat seputar adanya Catatan Akasha yang lengkap dan sempurna di jagat raya. Sebagian ada yang percaya catatan tersebut memang benar-benar ada dan dapat diakses.
Sebagian lainnya menganggap tidak ada.
Adapun pendapat bahwa Catatan Akasha itu benar-benar ada diantaranya ditunjukkan oleh bukti adanya individu-individu yang memang mengetahuinya dan lalu digunakan untuk kepentingan tertentu.
Ambil contoh, Piramida di Mesir memiliki ruang khusus yang disebut Hall of Records (Ruang Catatan). Ruangan ini berisi catatan penting para penasehat Fir’aun. Selanjutnya catatan ini digunakan Fir’aun dalam melanggengkan kerajaannya.
Ruang Catatan dalam Piramida itu diyakini tempat para penasehat raja yang memiliki kemampuan membaca Catatan Akasha.
Di samping itu, kebudayaan-kebudayaan besar di masa lalu, seperti kebudayaan Maya, kebudayaan Yunani, dan lain-lain diyakini juga terdapat individu-individu waskita yang mampu mengakses Catatan Akasha. Dengan kata lain, individu-individu tersebut mengetahui maju dan mundurnya peradaban yang dimilikinya..
0 comments :
Post a Comment